Sunday, January 3, 2010

TAUHID - TIGA LANDASAN UTAMA ( SAMBUNGAN )

II ) Tingkatan Iman

Iman itu lebih dari tujuh puluh cabang. Cabang yang paling tinggi ialah syahadat “LaiIlaaha Ilallaah”, sedang cabang yang paling rendah ialah menjauhkan gangguan dari jalan. Dan sifat malu adalah salah satu dari cabang Iman.

Rukun Iman ada enam, iaitu :
1) Beriman kepada Allah.
2) Beriman kepada para Malaikat-Nya.
3) Beriman kepada Kitab-kitab-Nya.
4) Iman kepada para Rasul-Nya.
5) Iman kepada hari Akhirat, dan
6) Iman kepada Qadar, yang baik dan yang buruk. (Qadar : takdir, ketentuan Ilahi. iaitu : beriman bahwa segala sesuatu yang terjadi di dalam semesta ini adalah diketahui, dikehendaki dan dijadikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala).

Dalil keenam-enam rukun ini,


Firman Allah Ta’ala. “Artinya : Berbakti (pada ALLAH) itu bukanlah hanya dengan menghadapkan wajahmu (dalam shalat) ke arah Timur dan Barat, tetapi berbakti (dan Iman) yang sebenarnya ialah iman seseorang kepada Allah, hari Akhirat, para Malaikat, Kitab-kitab dan Nabi-nabi...”. (AlBaqarah : 177).

Dan firman Allah Ta’ala. “Artinya : Sesungguhnya segala sesuatu telah Kami ciptakan sesuai dengan qadar”. (Al-Qomar : 49).

III. Tingkatan Ihsan.

Ihsan, rukunnya hanya satu, iaitu : “Artinya : Beribadah kepada Allah dalam keadaan seakan-akan kamu melihatNya. Jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya(kamu merasakan bahawa ) Dia melihatmu”. (Pengertian Ihsan tersebut adalah petikan dari hadits Jibril, yang dituturkan oleh Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu ‘Anhu, sebagaimana akan disebutkan).

Dalilnya,
Firman Allah Ta’ala. “Artinya : Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat ihsan”. (An-Nahl : 128).

Dan firman Allah Ta’ala. “Artinya : Dan bertakwallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. Yang melihatmu ketika kamu berdiri (untuk shalat) dan (melihat) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. Sesunnguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Asy-Syu’araa : 217-220).

Serta firman-Nya. “Artinya : Dalam keadaan apa pun kamu berada, dan (ayat) apa pun dari Al-Qur’an yang kamu baca, serta pekerjaan apa saja yang kamu kerjakan, tidak lain kami adalah menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya”. (Yunus : 61).

Adapun dalilnya dari Sunnah,
ialah hadits Jibril[5] yang masyhur, yang diriwayatkan dari ‘Umar bin Al-Khattab Radhiyallahu ‘anhu. “Artinya : Ketika kami sedang duduk di sisi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba muncul ke arah kami seorang laki-laki, sangat putih pakaiannya, hitam pekat rambutnya, tidak tampak pada tubuhnya tanda-tanda sehabis dari bepergian jauh dan tiada seorangpun di antara kami yang mengenalnya. Lalu orang itu duduk di hadapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, denganmenyandarkan lututnya pada kedua lutut beliau serta meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua paha beliau, dan berkata : ‘Ya Muhammad, beritahulah aku tentang Islam’, maka beliau menjawab :’iaitu : Kamu bersyahadat bahwa tiada tuhan yangbe haq disembah selain Allah serta Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan dan melaksanakan haji ke Baitullah jika kamu mampu untuk mengadakan perjalanan ke sana’. Lelaki itu pun berkata : ‘Benarlah engkau’. Kata Umar:’Kami merasa heran kepadanya, ia bertanya kepada beliau, tetapi ia jugalahyang membenarkan beliau. Lalu ia berkata : ‘Beritahulah aku tentang Iman’.Beliau menjawab :’iaitu : Beriman kepada Allah, para Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya dan hari Akhirat, serta beriman kepada Qadar yang baik dan yang buruk’. Ia pun berkata : ‘Benarlah engkau’.Kemudian ia berkata : ‘Beritahullah aku tentang Ihsan’. Beliau menjawab :iaitu : Beribadah kepada Allah dalam keadaan seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya (kamu merasakan )Dia melihatmu’. Ia berkata lagi. Beritahulah aku tentang hari Kiamat. Beliau menjawab : ‘Orang yang bertanya hal tersebut lebih tahu dari pada orang yang ditanya’. AKhirnya ia berkata :’Beritahulah aku sebagian dari tanda-tanda Kiamat itu’. Beliau menjawab : iaitu : ‘Apabila ada hamba sahaya wanita melahirkan tuannya dan apabila kamu melihat orang-orang tak beralas kaki, tak berpakaian sempurna melarat lagi, pengembala kambing saling membangga-banggakan diri membina bangunan yang tinggi’. Kata Umar : Lalu pergilah orang laki-laki itu, semantara kami berdiam diri saja dalam waktu yang lama, sehingga Nabi bertanya : Hai Umar, tahukah kamu siapakah orang yang bertanya itu ? Aku menjawab : Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Beliau pun bersabda : ‘Dia adalah Jibril, telah datang kepada kalian untuk mengajarkan urusan agama kamu”. (Hadits Riwayat Muslim dalam Shahihnya, kitab Al-Iman, bab 1, hadits ke 1.

Dan diriwayatkan juga hadits dengan lafadz seperti ini dari Abu Hurairah oleh Al-Bukhari dalam Shahih-nya, kitab Al-Iman, bab 37, hadits ke 1.)

Bersambung lagi